Kisah
pemecah batu
Seorang pemecah batu karang mengeluhkan keberadaan
dirinya.
“ah, Tuhan tidak adil. Setiap bekerja aku pasti kepanasan.
Betapa enaknya menjadi matahari. Ia tidak perlu bersusah payah seperti aku.
Jika Tuhan adil, aku ingin menjadi matahari.”
Tuhan mengabulkan permintaan pemecah
batu. Dalam waktu sekejap ia berubah menjadi matahari. Betapa bangganya dia.
Dengan sekuat tenaga, ia menyinarkan cahayanya ke seluruh bumi hingga manusia
menjadi kegerahan. Tetapi, tiba-tiba awan hitam menutup sinarnya. Cahaya yang
kuat tak mampu menembusnya.
“Ah, Tuhan tidak adil. Ternyata ada yang
lebih kuat dari pada aku. Jika Tuhan adil, aku ingin menjadi awan hitam.”
Tuhan mengabulkan permintaan matahari.
Dalam sekejap, ia berubah menjadi awan hitam. Dengan congkaknya, sang awan
berkeliling dunia dan menggelapkan isinya. Di tengah rasa bangganya, tiba-tiba
bertiuplah angin dengan sangat kencang hingga awan hitam itu bercerai-berai.
Sang awan menjadi marah.
“Tuhan Engkau
sungguh tidak adil. Ternyata angin dapat mengalahkanku. Kalau begitu, jadikan
aku sebagai angin.”
Dalam sekejap awan berubah menjadi
angin. Dengan kekuatannya ia bertiup kencang sehingga banyak rumah dan pohon
yang roboh. Ia merasa menjadi yang paling hebat hingga akhirnya ia menghantam
batu karang. Tetapi, batu karang itu tetap tegak berdiri tidak goyah.
Berkali-kali ia menghantam batu karang. Tetapi, jangankan hancur, beranjak
sedikit pun tidak. Angin menjadi jengkel.
“Tuhan jadikan aku
batu karang agar aku dapat menahan angin”
Tuhan sekali lagi mengabulkan
permintaannya. Batu karang itu yakin bahwa tidak ada yang dapat mengalahkannya.
Sampai suatu hari, ada seorang laki-laki tua dengan telanjang dada membawa alat
pemecah batu. Sedikit demi sedikit, laki-laki itu memecah batu karang hingga
menjadi batu-batu kecil. Batu karang menjadi sadar bahwa ia harus kembali
menjadi pemecah batu karang.
Tuhan member
pelajaran kepada orang yang tidak pernah puas dan senang membandingkan dirinya
dengan orang lain. (NN)
Manusia memang
tidak pernah merasa puas sehingga sering kali melihat orang lain lebih baik
dari pada dirinya sendiri. Kita harus mengucap syukur dan menerima diri kita
apa adanya. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar